KERIS SEBAGAI PUSAKA MASYARAKAT JAWA
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Islam dan Budaya Jawa (TBI 6A)
Dosen
Pengampu: Maftukhah,M.Si
Oleh
Lia Fitriana (113511047)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN.
Membicarakan
tentang jawa ,sulit di lepaskan dengan yang namanya kepercayaan akan sipat
kendal yang berupa keris. Hal ini di karenakan bahwa orientasi hidup
material orang jawa adalah amangku
wisma, amengku wanita,amengku turangga, amengku kukila,lan anderbeni pusaka.Maksudnya
adalah memiliki rumah tinggal sehingga merdeka,membangun keluarga sehingga bisa
memiliki keturunan,memiliki kendaraan untuk mobilitas tinggi, memiliki kukila
sebagai hiburan sehingga bisa membahagiakan keluarga,dan memliki pusaka sebagai
sipat kandel yang bisa meningkatkan rasa percaya diri . Sedangkan pusaka
dalam artian sipat kandel adalah sebilah keris yang di anggap memiliki kekuatan
supranatural yang sangat tinggi. Dengan
konsep yang di atas keris di anggap satu-satunya senjata yang paling mulia,dan
paling tinggi derajatnya di bandingkan senjata lainnya. Oleh karena itu penulis
menganggap bahwa sanya keris memiliki
daya tarik tersendiri,untuk di ketahui lebih lanjut tentang sejarah munculnya
keris,macam-macam bentuk keris, makna filosofis keris, sekaligus fungsi dari
keris.
II.
RUMUSAN MASALAH.
A.
Bagaimana
sejarah munculnya keris?
B.
Apa
saja macam-macam dan bentuk dari keris?
C.
Makna
apa saja yang terkandung di dalam keris?
D.
Apa
saja fungsi dari keris?
III.
PEMBAHASAN.
A.
Sejarah keris.
Sebelum adanya keris pusaka orang jawa adalah berupa jemparing,tomara,dadali,dan
lain-lain. [1]
Keris untuk pertama kalinya di buat di tanah jawa pada tahun 152 atau 230 masehi. Pembuatan itu
berlangsung di kerajaan Madhengkamulan , dalam masa pemerintahan dari Maha Dewa
Budha. Diantara peralatan yang
diproduksi, keris merupakan senjata pertama kali yang di buat oleh Empu Ramadi
, yang berbentuk dua bilah keris lurus yang di sebut Larngatap dan Sang
Pasopati. Latar dari pembuatan keris
adalah untuk kebutuhan dan persiapan untuk mengahadapi kemungkinan dari
adanya ancaman peperangan.
Secara arkeologis, informasi tentang keberadaan keris baru mulai di ketahui dari gambar-gambar tentang senjata yang
termuat di dalam “Prasasti Dakawu” yakni sebuah peninggalan tertulis yang
ditemukan di daerah dakawu di lereng bagian barat Gunung Merapi. Prasasti
tersebut di perkirakan di buat sekitar abad ke lima masehi, yang di dalamnya
selain terdapat tulisan huruf Pallawa menggunakan bahasa sansekerta, juga di
temukan pahatan-pahatan tentang pelukisan berbagai benda-benda tajam dan
beberapa benda di anggap sebagai peralatan upacara keagamaan.
Perkembangan informasi itu di perkuat oleh gambar-gambar yang di
muat pada tubuh candi . Awal abad ke delapan pada saat di nasti Syailendra
berkuasa di mataram kuno (775-864M), mereka membangun berbagai candi –candi
besar . Di bawah pemerintahan raja mereka Samaratungga, pada tahu 824 M mereka
membangun kompleks candi Borobudur serta tidak lama kemudian pada tahun 856 M
membangun kompleks candi Prambanan . Pada tubuh kedua candi itu , telah
diketemukan relief-relief yang menggambarkan senjata bentuk keris. Bentuknya
memiliki badan bilah yang pendek lebar, sebagaimana bentuk dari apa yang banyak
di kenal sebagai “keris Budha”, yang dapat di kenali pada saat sekarang ini.
Didalam jaman kebudayaan megalitikum (budaya batu besar) terutama pada
masa-masa sesudah abad ke lima Masehi, hubungan kelompok-kelompok masyarakat
Indonesia dengan Asia daratan telah sedemikian maju akibat dari perkembangan
teknik transportasi , perniagaan, pertukaran peralatan dan alih tehnologi.
Dalam proses-proses tersebut, alih tehnik dalam penggunaan logam dan besi
berkembang, dan mendorong berlangsungnya perubahan yang cukup pesat dalam
peralatan hidup. Hal itu mempunyai dampak yang mempengaruhi produksi keris
pengaruh dengan menggunakan bahan baku dari logam besi dan alih tehnik penggunaan dalam model bentuk
belati pengaruh kebudayaan dongsong. Keris cenderung menggunakan bahan-bahan
besi lokal, dengan bentuk fisiknya lebih pendek.lebih lebar,dan tampilannya
sedemikian tampak kokoh kekar.[2]
B.
Macam-macam bentuk keris.
Keris
adalah senjata tajam yang memang memiliki jenis yang beragam, dan memiliki nama
yang beragam pula. Dari berbagai jenis nama yang ada pada keris, pada dasarnya
keris itu di bedakan menjadi dua golongan besar yaitu dari bentuk keris, dan di
lihat dari kemampuannya.[3]
v Berikut ini keris dilihat dari bentuknya yaitu:
1)
Keris
Lajer
Keris
lajer adalah keris yang memiliki bentuk lurus saja. Pada zaman dahulu keris
jenis lajer biasanya digunakan oleh para senopati kerajaan. Pada umumnya bentuk
dari keris ini tidak jauh berbeda, yang membedakan hanyalah beberapa bagiannya
saja.
Jika di lihar dari bentuknya , maka proses
pembuatan keris ini lebih mudah di bandingkan dengan keris luk. Bentuk yang
lurus ini ditujukan untuk membuat luka pada saat di tusukkan.
2)
Keris
Luk
Keris
luk selalu di namakan dengan jumlah luk yang ada di bilahnya. Dari jumlah luk
yang ada yaitu luk 2,luk 5,luk 7,luk 9,luk 13,luk 15,luk 17, luk 19,luk 21,luk
25, luk 27,luk 29. Luk 23 tidak ada dalam sejarah pembuatan keris, tetapi bisa
saja ada karena ada seorang empu yang ingin menampilkan hasil karyanya yang nyleneh.
v Keris di lihat dari Kemampuannya.
Dari
kemampuan-kemampuan yang ada pada keris , terdapat beberapa golongan kemampuan
sebagai berikut:
1.
Rendah
Keris yang dianggap memilik kekuatan rendah biasanya merupakan
keris yang banyak terdapat dalam masyarakat jawa. Kebanyakan keris yang ada di
masyarakat jawa memiliki kemampuan untuk penglaris,menjaga rumah, atau
kemampuan sejenisnya.
2.
Sedang
Keris di anggap memiliki kekuatan yang sedang-sedang saja jika
memang keris terdapat di masyarakat jawa. Jenis kemampuannya kurang lebih
adalah:digunakan untuk penyembuhan beberapa penyakit, mampu di gunkan untuk
membantu beberapa jenis ritual.
3.
Tinggi
Kemampuan
keris yang digolongkan sebagai keris yang memiliki kemampuan yang tinggi adalah
keris yang kemampuannya dapat dilihat langsung oleh orang awam, dapat di
buktikan secara langsung tanpa menggunakan ritual dan waktu yang lama.
Kemampuan keris di golongkan tinggi karena keris tersebut memang termasuk dalam
golongan langka dan unik.
C.
Makna filosofi keris.
Keris
biasanya di buat dengan tujuan tertentu. Dilihat dari cara dan niat
pembuatannya keris dapat di bagi atas dua kelompok besar. Yaitu yang pertama
adalah keris ageman yang hanya mementingkan keindahan lapis luar, dan
yang ke dua adalah keris tayuhan, yang lebih mementingkan magis
spiritual atau kekuatan ghaib hakiki. Karena
perannya sebagai alat simbolik maka keris memiliki katagori agar dapat di
golongkan sebagai sebuah keris serta terjaga martabat. Antara lain, pertama
keris keris harus terdiri dari dua bagian utama meliputi wilah keris, termasuk
pesi dan bagian ganja atau bagian gagangnya. Bagian wilah dan pesi melambangkan
ujud lingga, sedangkan bagian ganja melambangkan ujud yoni atau lelembut.
Dalam filosofi jawa , persatuan antara lingga dan yoni merupakan perlambangan
harapan atas kesuburan, keabadian, dan kekuatan . Kedua , wilah keris haru
selalu membuat sudut terhadap ganja, namun bukan tegak lurus. Menurut para Empu
jawa, diartikan sebagai pertanda bahwa apapun pangkat dan kedudukan seseorang
harus selalu tunduk kepada Tuhan, dan menghargai sesamanya.[4]
D.
Fungsi
dari keris.
Bermacam-macam
keris, bermacam-macam pula khasiatnya bagi yang mempunyai atau pemakainya.Keris
dari fungsinya di bedakan menjadi dua bagian yaitu, keris sebagai sipat kandel,
dan keris sebagai kelengkapan busana adat.
a)
Keris
sebagai sipat kandel.
Meskipun keris di golongkan sebagi senjata tikam, tapi keris di
buat bukan semata-mata untuk membunuh.[5]
Keris bagi masyarakat jawa lebih bersifat sebagai senjata dalam pengertian
simbol spiritual, yakni sipat kandel, dan di bawah ini sedikit cerita
tentang keris sebagai sepat kandel[6].
1.
Pada
dahulu kala ada seorang Empu yang bernama Jayakanda, di titahkan oleh raja yang
bernama ki carubuk,keris tersebut ampuh sekali sehingga segala yang keras
sekalipun, kalau di tusuk oleh keris tersebut akan hancur dan mati.
2.
Keris
sempaner milik dari Bupati Blambangan, pada suatu hari keris tersebut di bawa
ke hutan untuk melawan kerbau,dan banteng. Ketika ke dua hewan tersebut
kepalanya di tusuk dengan keris tersebut,seketika itu pula kedua hewan tersebut
mati, dan bangkai keduanya tidak boleh di makan.
3.
Pada
Zaman dahulu kala ada empu yang bernama Supa dan Pamekasan , keduanya membuat
keris dua macam,yaitu tilam upih dan
Waluri. Yang bentuk Tilam upih apabila di tusukkan ke benda-benda yang keras maka benda-benda
tersebut akan rusak dan binasalah benda tersebut,sedangkan yang bebentuk Waluri
menimbulkan kaejayaan dan kemakmuran.[7]
b)
Keris
sebagai kelengkapan busana adat.
Selain berfungsi sebagai senjata, baik secara fisik maupun secara
spiritual, keris juga merupakan salah satu kelengkapan pakaian adat jawa. Pada
masa silam keris dapat berfungsi sebagai benda upacara, sebagai tanda ikatan
atau dinasti , sebagai atribut suatu jabatan tertentu, sebagai lambang
kekuasaan tertentu, dan sebagai wakil atau urusan pribadi pemiliknya.[8]
IV.
ANALISIS.
Keris
untuk pertama kalinya di buat di tanah jawa pada tahun 152 atau 230 masehi. Pembuatan itu
berlangsung di kerajaan Madhengkamulan , dalam masa pemerintahan dari Maha Dewa
Budha yang kemudian diketahui pada saat dinasti Syailendra dan berkembang pesat
sampai saat ini.
Keris di bedakan menjadi 2 golongan . Golongan yang pertama yaitu keris di
lihat dari bentuknya,dilihat dari bentuknya keris di bedakan menjadi dua jenis
yaitu keris luk dan keris lajer. Ciri dari keris luk adalah kerisnya berbentuk
bengkong-bengkong, sedangkan keris lajer lurus. Golongan yang kedua ,dilihat
dari segi kekuatan yang terdapat dalam keris , hal ini di bedakan menjadi 3
bagian, yaitu golongan rendah,sedang,dan tinggi. Keris digolongkan memiliki
kekuatan rendah apabila banyak dimiliki oleh masyarakat jawa, sedangkan keris
yang berkekuatan sedang apabila hanya di gunakan untuk penyembuhan penyakit dan
sejenisnya, keris digolongkan memiliki kekuatan magic, dan dapat dilihat
langsung oleh orang awam.
Dalam
filosofi jawa keris memiliki makna , persatuan antara lingga dan yoni merupakan
perlambangan harapan atas kesuburan, keabadian, dan kekuatan . Kedua , wilah
keris haru selalu membuat sudut terhadap ganja, namun bukan tegak lurus.
Menurut para Empu jawa, diartikan sebagai pertanda bahwa apapun pangkat dan
kedudukan seseorang harus selalu tunduk kepada Tuhan, dan menghargai
sesamanya.Keris memiliki dua fungsi yang pertama adalah keris sebagai sipat
kendel, dan yang kedua adalah keris sebagai kelengkapan busana adat.
V.
PENUTUP.
Demikian makah
ini yang dapat penyusun paparkan mengenai keris. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan pembaca. Penulis menyadari dalam penulisan
makah ini terdapat banyak kesalah dan kekeliruan. Oleh karena itu mohon kritik
dan saran yang konstruksif sehingga dalam pembutan makalah selanjutnya lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Harsrinuksmo,Bambang.1993.Tanya Jawab Soal Keris dengan Bambang
Harsrinuksmo. (PT Grafikatama Jaya)
M.Hariwijaya.
2006.Islam Kejawen.(Jogjakarta: Gelombang Pasang)
MT.Arifin.
2006. keris jawa. (Jogjakarta: Hajied Pustaka)
Pamungkas,
Ragil. 2007.Mengenal Keris.(Jogjakarta: NARASI)
Waluyo ,Harry.
1993.Senjata Tradisional Daerah Bali.(Jakarta:departemen pendidikan dan
kebudayaan)
Winter, Tuan
F.L.2009. Kitab pengetahuan tentang keris. (Jogjakarta: Panji Pustaka)
[1] M.Hariwijaya.Islam
Kejawen.(jogjakarta: Gelombang Pasang. 2006) hlm.143
[2] MT.Arifin. keris
jawa. (Jogjakarta: Hajied Pustaka.2006).hlm4
[3] Ragil
Pamungkas.Mengenal Keris.(Jogjakarta: NARASI.2007) hlm.69
[4] Harry Waluyo. Senjata
Tradisional Daerah Bali.(Jakarta:departemen pendidikan dan kebudayaan
,1993)hlm.115
[5] MT.Arifin.Keris
Jawa.(Jakarta: Hajad Pustaka,2006)hlm.19
[6] M.Hariwijaya.Islam
Kejawen.(jogjakarta: Gelombang Pasang. 2006) hlm.151
[7]Tuan F.L
Winter. Kitab pengetahuan tentang keris. (Jogjakarta: Panji
Pustaka.2009)hlm.54
[8] Bambang
Harsrinuksmo.Tanya Jawab Soal Keris dengan Bambang Harsrinuksmo. (PT
Grafikatama Jaya.1993) hlm .12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar